Minggu, 15 Mei 2016

Makalah Jurnalistik

MAKALAH JURNALISTIK
Media Massa Televisi Dan Surat Kabar Sebagai Sarana Dakwah
Description: STAIN







Oleh :
AJRUL MUKSININ




JURUSAN DAKWAH PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM(KPI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN) CURUP
2011-2012




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang masih saja memberikan kita taufik serta hidayahnya  sebagai pemakalah  dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling “ini dengan tepst waktu tanpa ada  suatu halangan yang berarti
Shalawat serta salam tidak lupa kita panjatkan kehadiran Nabi besar Muhamad SAW yang mana menghantarkan kita dari zaman kebodohan menuju zaman yangn penuh dengan kecanggian seperti yang kita rasajkan pada saat sekarang ini
Ucapan terimakasih kani hanturkan kepada dosen pembimbing yang tidak bosan-bosannya telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pemakalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan  dengan tepat waktu
Menggingat makalah ini  masih jauh dari kesempurnaan maka pemakalah mengharapkan krtitik dan saran dari pihak manapun yang bersifat membangun sehingga di harapkan makalah ini dapat jauh lebih baik dari yang ada pada sekarang ini.
Akhirnya pemakalah dengan ini menngucapkan terimakasih.

Curup 10 April 2012

Pemakalah

BAB I
PEMBAHASAN
A.      DAKWAH MELALUI MEDIA MASSA
Budaya informasi terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi. Diceritakan bahwa suku Indian kuno menggunakan asap dalam menyebarkan informasi kepada khalayak. Hal ini diadaptasi oleh militer untuk memberikan informasi keberadaan mereka dengan menggunakan semacam alat yang bisa mengeluarkan asap aneka warna. Pentingnya informasi juga dapat kita lihat ketika ada masanya burung merpati digunakan mengirimkan informasi. Tujuannya adalah agar informasi tersebut bisa sampai dengan cepat dan tepat sasaran.
Ada beberapa prinsip yang terdapat dalam budaya informasi. Pertama, informasi itu selalu ada serta tidak bisa dibendung. Artinya tidak bisa dibendung dalam artian sekecil apapun yang terjadi merupakan informasi. Kedua, rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia membuat informasi akan selalu dicari. Ketiga, sifat dasar manusia yang ingin berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain membuat informasi dengan mudah dapat menyebar baik dalam bentuk percakapan maupun pemberitahuan
Era informasi merupakan istilah populer untuk merujuk kepada periode sekarang ini. Ini telah menjadi waktu di mana komunikasi dan teknologi informasi telah memainkan peran yang semakin penting dalam masyarakat kita. (Ruben dan Stewart 1998:35). Internet membuat budaya informasi bergeser dari budaya informasi nyata menjadi budaya informasi virtual. Ini terlihat dengan bergantinya budaya berkirim surat dengan budaya berkirim e-mail. Untuk berbagai informasi kita tidak perlu lagi berkumpul di warung kopi seperti konsep ruang public yang di gagas Habermas. Semuanya sekarang bisa dilakukan di dunia maya bahkan komunitas di dunia maya ini lebih bervariasi dengan komunitas yang ada di dunia nyata. Lihat saja fenomena twitter, bagaimana orang bisa kecanduan informasi yang tak ingin terlewatkan setiap menit walaupun itu adalah informasi yang sifatnya personal.
            Sekarang ini, menurut para ahli, umat manusia sedang berada dalam masa peralihan. Duniatidak lagi sepenuhnya berada pada era industry, melainkan sudah lebih dari itu. Berbagai sebutan diciptakan untuk menyebut masa yang sedang memastikan bentuknya ini. Ada yang menamakannya era pasca-industri. Ada yang memberi julukan abad globalisasi. Pendeknya, bermacam istilah telah digunakan untuk menggambarkan suatu perubahan besar yang tengah melanda kehidupan manusia dewasa ini. Meski perubahan itu terasa di berbagai sector kehidupan, namun sumber utamanya dapat dikatakan bertolak dari kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi.
B.      Perkembangan Media dan Teknologi Komunikasi
Everett M. Rogers (1986) dalam Bungin (2011:11) dalam bukunya Communication Technology; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interaktif dikenal media computer, videotext, dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Sementara itu Sayling Wen (2002) dalam bukunya Future of the Media, melihat media dalam konteks yang lebih luas, tidak saja melihat media dalam konsep komunikasi antar-pribadi, namun juga melihat media sebagai medium penyimpanan, selain ia melihat media  medium informasi.
1.     Dakwah Melalui Media Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (“jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”

            Menurut Roudhanah Televisi adalah alat komunikasi yang mempunyai sifat auditif (dapat didengar ) dan juga Visual (dapat dilihat). Sehingga dengan dua sifat tersebut mampu menyerap penonton televisi (TV) semakin banyak, apalagi pada saat ini siarannya hampir 24 jam dan channelnya sudah banyak pula, serta acara-acaranya dikemas dengan sedemikian rupa yang mampu menyedot penonton hampir tidak mampu meninggalkan televisi.
Menurut Wawan Kuswandi, televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi. Enam media hubungan antarpribadi yang dimaksud oleh Wen adalah suara, grafik, teks, music, animasi, video.
Ø  Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah
Arti penting sebuah media (wasilah) dalam proses dakwah tidak dapat dipungkiri lagi. Permasalahanya sekarang terletak pada kemauan dan kejelian para da’i dalam melihat media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan kemampuanya sebagai da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi lahan garapannya.
 Dalam hal ini Moh. Ali Azis menjelaskan bahwa pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Pemakaian media (terutama media massa) telah meningkatakan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia teruta bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan sebagainya.
Oleh karena itu sudah seyogyanya bagi para da’i memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan ajaran Islam diantaranya menggunakan televisi.
Sebagaimana film, media televisi juga merupakan media yang bersifat audio visual, artinya selain bisa didengar juga bisa dilihat. Oleh sebagian besar masyarakat Indonesia televisi dijadikan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi utama. Dibeberapa daerah dinegeri ini masyarakat banyak meng habiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih dalamSesungguhnya televisi merupakan penggabungan antara radio dan film, sebab media ini, meneruskan peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara bahkan dengan warna ketika peristiwa itu berlangsung.
Oleh karena itu kekurangan film mengenai aktualitasnya dapat ditutupi. Pendek kata  keunikan-keunikan pada radio dan film terangkum seluruhnya dalam televisi dan sebaliknya kekutrangan-kekurangan pada radio dan film sudah tidak ditemukan dalam televisi. Namun seberapapun besar keunggulan media televisi, belum mampu merangkum beberapa keunggulan dalam media massa lainnya terutama media cetak seperti surat kabar, koran dan lain sebagainya
Dalam menyampaikan materi dakwahnya (maddah), para da’i harus sanantiasa merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya harus menjadi pegangan dalam setiap aktivitas dakwah apapun, dimanapun, kapanpun, dan menggunakan media apapun termasuk televisi. Dalam menyampaikan materi dakwahnya Al-Qur’an terlebih dulu meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak dan simultan. Baik dari segi materi maupun waktu penyajiannya
Sebagaimana dikutip oleh Asep Muhyidin, Quraish Shihab mengungkapkan bahwa materi dakwah yang disajikan oleh Al-Qur’an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya, kenyataan ini dapat ditemui pada hampir setiap permisalan yang disajikan oleh Al-Qur’an.
Ada kalanya Al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi yang sangat jelas dan dengan tahapan pemikiran yang sistematis sehingga manusia menemukan sendiri kebenarannya. Sedangkan untuk menunjang tercapainya target yang di inginkan dalam penyajian materi-materinya, Al-Qur’an menempuh metode-metode sebagai berikut;
·         Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu tujuan materi
·         .Nasihat dan panutan. Dalam hal ini Al-Qur’an menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia pad ide-ide yang dikehendakinya
·         Pembiasaan.
Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa memerlukan energi dan waktu yang banyak
Mencermati uraian diatas hendaknya materi dakwah dalam televisi hendaknya tetap mengacu pada kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut. Adapun metode penyampaian pesannya bisa dengan cara mengemukakan kisah-kisah yang berkaitan dengan tujuan materi. Hal ini bisa dilakukan dengan format
·         .Ceramah
·         .Dialog interaktif
·         .Sinetron
·         .Musik Islami
·         Talk show
·         .Film dokumenter
·         .Film layar kaca,
·         .Drama.
2.     Hubungan Dakwah dengan Media Surat KabaR
Untuk mengetahui apa hubungan dakwah dengan surat kabar, maka terlebih dahulu kedua istilah tersebut diberi pengertian sebagai berikut.
Menurut Al-Bahy al-Khauly, dakwah adalah usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat (Al-Bahy al-Khauly, 1987: 35).Pengertian ini menunjukan bahwa esensi dakwah bukan hanya terletak pada usaha mengajak kepada keimanan dan ibadah saja, lebih dari itu dakwah adalah usaha penyadaran manusia atas keberadaan dan keadaan hidup mereka.Barangkali yang dimaksud pengertian dakwah ini sesuai dengan pendapat Munir Mulkhan bahwa dakwah bermakna usaha pemecahan suatu masalah dan pemenuhan kebutuhan manusia (Abdul Munir M., 1985: 34).
Sedangkan Ali Mahfuzh dalam bukunya “Hidayat al-Mursyidin”, memberikan defenisi dakwah sebagai berikut:
“Mendorong (memotivasi) umat manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat” (Ali Mahfudz, 1975: 7).
Dari beberapa defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, pertama dakwah merupakan suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja, sehingga diperlukan organisasi, manajemen, sistem, metode dan media yang tepat. Kedua, usaha yang diselenggarakan itu berupa ajakan kepada manusia untuk beriman dan mematuhi ketentuan-ketentuan Allah, amar ma’ruf dalam arti perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan nahi munkar.Ketiga, proses usaha yang diselenggarakan tersebut berdasarkan suatu tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah.Sedangkan surat kabar adalah salah satu bentuk jurnalistik. Djafar H. Assegaf (1983) mengatakan jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, baik media cetak maupun media elektronik (Sutirman Eka Ardhana, 1995: 16).
Sehubungan dengan itu Bahri Gazali mengatakan bahwa surat kabar adalah salah satu media komunikasi masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembacanya (Bahri Gazali, 1997: 42)  Oleh karena itu surat kabar lebih menekankan nada informatif, namun terdapat juga nada persuasif.
Media pers seperti surat kabar, majalah tidak hanya sarat dengan informasi-informasi berwujud berita, tetapi juga diwarnai dengan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang bersifat ganda, memberi infomasi sekaligus menghibur (Sutirman Eka Ardhana, 1995: 34). Dengan demikian pers memiliki empat fungsi utama yaitu sebagai pemberi informasi, pemberi hiburan, melakukan kontrol sosial dan mendidik masyarakat secara luas (Sutirman Eka Ardhana, 1995: 4).
Perlu pula diketahui bahwa fungsi menghibur bagi pers, bukan dalam arti menyajikan tulisan-tulisan atau informasi-informasi mengenai jenis-jenis hiburan yang disenangi oleh masyarakat.Akan tetapi menghibur dalam arti menarik pembaca dengan menyuguhkan hal-hal yang ringan diantara sekian banyak informasi yang berat dan serius. Sutirman EkaArdhana, 1995: 35).
Dengan demikian tampak bahwa ada kesamaan antara fungsi dakwah dan fungsi pers (surat kabar). Dalam hal ini Hasanuddin mengatakan bahwa persamaan antara dakwah dan publisisti yaitu sama-sama menyampaikan isi pernyataan, sasarannya sama-sama yaitu manusia, sama-sama bertujuan agar manusia lain jadi sependapat, selangkah dan serasi dengan orang yang menyampaikan isi pernyataan (Sutirman Eka Ardhana, 1995: 45).
Dengan demikian, kelihatan bahwa antara dakwah dan media yang disebut surat kabar atau Koran mempunyai hubungan yang erat, terutama dakwah masa kini yaitu surat kabar sebagai alat penyampaian dakwah kepada khalayak.
3.     Berdakwah Melalui Media Surat Kabar
Berdakwah melalui surat kabar atau koran mempunyai cara dan karakteristik tersendiri, berbeda dengan berdakwah pada media lainnya. Surat kabar adalah salah satu komunikasi masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembacanya. Surat kabar atau koran lebih menekankan nada informatif namun terdapat nada persuasif (Bahri Gazali, 1997: 43).Berdakwah melalui Koran dapat dilakukan dalam bentuk tulisan maupun gambar-gambar yang mendiskripsikan suatu ajaran dan aplikasinya bagi kehidupan umat manusia.
Dakwah melalui Koran lebih tepat dan cepat tersebar ke seluruh masyarakat, di samping itu masyarakat mudah memahaminya, sebab koran merupakan media yang telah mampu menjangkau keberadaan masyarakat. Perlu diketahui pula bahwa isi koran cukup merakyat. (Bahri Gazali, 1997: 43).
Berangkat dari gambaran surat kabar tersebut dan kemungkinan berdakwah melalui koran maka perlu ditata teknik yang tepat dan peningkatan isi/materi dakwah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berarti bahwa berdakwah melalui tulisan di koran membutuhkan tulisan yang selektif dan terarah untuk masyarakat luas. Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah di koran perlu memperhatikan karakteristik media massa.
 Asep Saiful Muhtadi dalam bukunya Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek mengemukakan karakteristik media massa sebagai berikut, pertama, komunikasi massa berlangsung satu arah. Kedua, komunikasinya bersifat melembaga.Ketiga, pesan-pesan yang disampaikan bersifat umum.Keempat, pesan-pesan yang disampaikan lewat media digunakan secara serempak.Kelima, komunikasinya bersifat heterogen (Asep Saiful, 1999: 73). Dalam hubungan ini, Denis Mc Quail, mengemukakan bahwa surat kabar tidak lahir dari satu sumber dan memiliki ciri-ciri khas dengan media lain (Denis Mc Quail, 1999: 9). Dengan demikian berdakwah melalui surat kabar harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi pada umumnya. Selama ini, penulis berita selalu berpegang pada enam pedoman dalam menulis suatu berita yaitu: apa yang terjadi, siapa yang terlibat di dalamnya, mengapa kejadian atau peristiwa itu terjadi, dimana terjadinya, kapan peristiwa itu terjadi, dan bagaimana kejadiannya(Sutirman Eka Ardhana, 1995: 44). Khusus untuk tujuan komunikasi massa seperti dakwah bagi masyarakat luas maka produk jurnalistik dapat disampaikan melalui media cetak (Kustadi Suhandang, 2007:163).
Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah koran maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tulisan bernuansa dakwah itu akan dikonsumsikan kepada media apa, apakah media pers khusus Islam atau pers umum. Menulis dakwah untuk media pers khusus Islam memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda dengan menulis di media pers umum. Media khusus Islam pembacanya sudah jelas sedang media pers umum pembacanya heterogen berasal dari beragam latar belakang kepercayaan.Karena itu bahasa dakwah melalui jurnalistik harus memiliki sifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik.Sedang bahasa agama adalah bahasa yang mengedepankan kemurnian, kebenaran, kebersihan, jauh dari kata-kata kotor, kasar, tidak simpatik dan menyingkirkan kata-kata yang bernada hasutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat: 11-12, Q.S. Lukman: 18-19.







Tidak ada komentar: