MAKALAH JURNALISTIK
Media Massa Televisi Dan Surat Kabar Sebagai Sarana Dakwah
Oleh
:
AJRUL MUKSININ
JURUSAN DAKWAH PRODI KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM(KPI)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN) CURUP
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang
masih saja memberikan kita taufik serta hidayahnya sebagai pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling “ini dengan tepst waktu tanpa
ada suatu halangan yang berarti
Shalawat
serta salam tidak lupa kita panjatkan kehadiran Nabi besar Muhamad SAW yang
mana menghantarkan kita dari zaman kebodohan menuju zaman yangn penuh dengan
kecanggian seperti yang kita rasajkan pada saat sekarang ini
Ucapan terimakasih kani hanturkan
kepada dosen pembimbing yang tidak bosan-bosannya telah memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada pemakalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu
Menggingat makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka pemakalah
mengharapkan krtitik dan saran dari pihak manapun yang bersifat membangun
sehingga di harapkan makalah ini dapat jauh lebih baik dari yang ada pada
sekarang ini.
Akhirnya pemakalah dengan ini
menngucapkan terimakasih.
Curup 10 April 2012
Pemakalah
BAB I
PEMBAHASAN
A.
DAKWAH MELALUI MEDIA MASSA
Budaya
informasi terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Diceritakan bahwa suku Indian kuno menggunakan asap dalam menyebarkan informasi
kepada khalayak. Hal ini diadaptasi oleh militer untuk memberikan informasi
keberadaan mereka dengan menggunakan semacam alat yang bisa mengeluarkan asap
aneka warna. Pentingnya informasi juga dapat kita lihat ketika ada masanya
burung merpati digunakan mengirimkan informasi. Tujuannya adalah agar informasi
tersebut bisa sampai dengan cepat dan tepat sasaran.
Ada
beberapa prinsip yang terdapat dalam budaya informasi. Pertama, informasi itu
selalu ada serta tidak bisa dibendung. Artinya tidak bisa dibendung dalam
artian sekecil apapun yang terjadi merupakan informasi. Kedua, rasa ingin tahu
yang ada dalam diri manusia membuat informasi akan selalu dicari. Ketiga, sifat
dasar manusia yang ingin berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain
membuat informasi dengan mudah dapat menyebar baik dalam bentuk percakapan
maupun pemberitahuan
Era
informasi merupakan istilah populer untuk merujuk kepada periode sekarang ini.
Ini telah menjadi waktu di mana komunikasi dan teknologi informasi telah
memainkan peran yang semakin penting dalam masyarakat kita. (Ruben dan Stewart
1998:35). Internet membuat budaya informasi bergeser dari budaya informasi
nyata menjadi budaya informasi virtual. Ini terlihat dengan bergantinya budaya
berkirim surat dengan budaya berkirim e-mail. Untuk berbagai informasi kita
tidak perlu lagi berkumpul di warung kopi seperti konsep ruang public yang di
gagas Habermas. Semuanya sekarang bisa dilakukan di dunia maya bahkan komunitas
di dunia maya ini lebih bervariasi dengan komunitas yang ada di dunia nyata.
Lihat saja fenomena twitter, bagaimana orang bisa kecanduan informasi yang tak
ingin terlewatkan setiap menit walaupun itu adalah informasi yang sifatnya
personal.
Sekarang
ini, menurut para ahli, umat manusia sedang berada dalam masa peralihan.
Duniatidak lagi sepenuhnya berada pada era industry, melainkan sudah lebih dari
itu. Berbagai sebutan diciptakan untuk menyebut masa yang sedang memastikan
bentuknya ini. Ada yang menamakannya era pasca-industri. Ada yang memberi
julukan abad globalisasi. Pendeknya, bermacam istilah telah digunakan untuk
menggambarkan suatu perubahan besar yang tengah melanda kehidupan manusia
dewasa ini. Meski perubahan itu terasa di berbagai sector kehidupan, namun
sumber utamanya dapat dikatakan bertolak dari kemajuan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi dan informasi.
B.
Perkembangan Media dan Teknologi Komunikasi
Everett
M. Rogers (1986) dalam Bungin (2011:11) dalam bukunya Communication Technology;
The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di
masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak,
era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era
terakhir media komunikasi interaktif dikenal media computer, videotext, dan
teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Sementara itu Sayling Wen
(2002) dalam bukunya Future of the Media, melihat media dalam konteks yang
lebih luas, tidak saja melihat media dalam konsep komunikasi antar-pribadi,
namun juga melihat media sebagai medium penyimpanan, selain ia melihat
media medium informasi.
1.
Dakwah Melalui Media Televisi
Televisi
adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima
siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih)
maupun berwarna. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (“jauh”)
dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin, sehingga
televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan
media visual/penglihatan.”
Menurut Roudhanah Televisi adalah alat komunikasi yang mempunyai sifat auditif (dapat didengar ) dan juga Visual (dapat dilihat). Sehingga dengan dua sifat tersebut mampu menyerap penonton televisi (TV) semakin banyak, apalagi pada saat ini siarannya hampir 24 jam dan channelnya sudah banyak pula, serta acara-acaranya dikemas dengan sedemikian rupa yang mampu menyedot penonton hampir tidak mampu meninggalkan televisi.
Menurut Wawan Kuswandi, televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi. Enam media hubungan antarpribadi yang dimaksud oleh Wen adalah suara, grafik, teks, music, animasi, video.
Ø Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah
Arti penting
sebuah media (wasilah) dalam proses dakwah tidak dapat dipungkiri lagi.
Permasalahanya sekarang terletak pada kemauan dan kejelian para da’i dalam
melihat media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan kemampuanya sebagai
da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi lahan garapannya.
Dalam hal ini Moh. Ali Azis menjelaskan bahwa
pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang dapat merangsang
indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk menerima dakwah.
Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai maka semakin efektif pula upaya
pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Pemakaian
media (terutama media massa) telah meningkatakan intensitas, kecepatan, dan
jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia teruta bila dibandingkan
sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan
sebagainya.
Oleh karena
itu sudah seyogyanya bagi para da’i memanfaatkan peluang ini dalam menyebarkan
ajaran Islam diantaranya menggunakan televisi.
Sebagaimana film, media televisi juga merupakan media yang bersifat audio visual, artinya selain bisa didengar juga bisa dilihat. Oleh sebagian besar masyarakat Indonesia televisi dijadikan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi utama. Dibeberapa daerah dinegeri ini masyarakat banyak meng habiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih dalamSesungguhnya televisi merupakan penggabungan antara radio dan film, sebab media ini, meneruskan peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara bahkan dengan warna ketika peristiwa itu berlangsung.
Sebagaimana film, media televisi juga merupakan media yang bersifat audio visual, artinya selain bisa didengar juga bisa dilihat. Oleh sebagian besar masyarakat Indonesia televisi dijadikan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi utama. Dibeberapa daerah dinegeri ini masyarakat banyak meng habiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang ditimbulkan akan lebih dalamSesungguhnya televisi merupakan penggabungan antara radio dan film, sebab media ini, meneruskan peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara bahkan dengan warna ketika peristiwa itu berlangsung.
Oleh karena itu kekurangan film mengenai aktualitasnya
dapat ditutupi. Pendek kata
keunikan-keunikan pada radio dan film terangkum seluruhnya dalam
televisi dan sebaliknya kekutrangan-kekurangan pada radio dan film sudah tidak
ditemukan dalam televisi. Namun seberapapun besar keunggulan media televisi,
belum mampu merangkum beberapa keunggulan dalam media massa lainnya terutama
media cetak seperti surat kabar, koran dan lain sebagainya
Dalam menyampaikan materi dakwahnya (maddah), para
da’i harus sanantiasa merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya harus menjadi
pegangan dalam setiap aktivitas dakwah apapun, dimanapun, kapanpun, dan
menggunakan media apapun termasuk televisi. Dalam menyampaikan materi dakwahnya
Al-Qur’an terlebih dulu meletakan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi
(mad’u) adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga
ia harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak
dan simultan. Baik dari segi materi maupun waktu penyajiannya
Sebagaimana dikutip oleh Asep Muhyidin, Quraish Shihab
mengungkapkan bahwa materi dakwah yang disajikan oleh Al-Qur’an dibuktikan
kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan manusia
melalui penalaran akalnya, kenyataan ini dapat ditemui pada hampir setiap
permisalan yang disajikan oleh Al-Qur’an.
Ada kalanya Al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi
yang sangat jelas dan dengan tahapan pemikiran yang sistematis sehingga manusia
menemukan sendiri kebenarannya. Sedangkan untuk menunjang tercapainya target
yang di inginkan dalam penyajian materi-materinya, Al-Qur’an menempuh
metode-metode sebagai berikut;
·
Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah
satu tujuan materi
·
.Nasihat dan panutan. Dalam hal ini Al-Qur’an
menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia pad
ide-ide yang dikehendakinya
·
Pembiasaan.
Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa memerlukan energi dan waktu yang banyak
Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa memerlukan energi dan waktu yang banyak
Mencermati
uraian diatas hendaknya materi dakwah dalam televisi hendaknya tetap mengacu
pada kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut. Adapun metode penyampaian
pesannya bisa dengan cara mengemukakan kisah-kisah yang berkaitan dengan tujuan
materi. Hal ini bisa dilakukan dengan format
·
.Ceramah
·
.Dialog interaktif
·
.Sinetron
·
.Musik Islami
·
Talk show
·
.Film dokumenter
·
.Film layar kaca,
·
.Drama.
2.
Hubungan Dakwah dengan Media Surat KabaR
Untuk
mengetahui apa hubungan dakwah dengan surat kabar, maka terlebih dahulu kedua
istilah tersebut diberi pengertian sebagai berikut.
Menurut
Al-Bahy al-Khauly, dakwah adalah usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik
dan sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat (Al-Bahy al-Khauly,
1987: 35).Pengertian ini menunjukan bahwa esensi dakwah bukan hanya terletak
pada usaha mengajak kepada keimanan dan ibadah saja, lebih dari itu dakwah
adalah usaha penyadaran manusia atas keberadaan dan keadaan hidup
mereka.Barangkali yang dimaksud pengertian dakwah ini sesuai dengan pendapat
Munir Mulkhan bahwa dakwah bermakna usaha pemecahan suatu masalah dan pemenuhan
kebutuhan manusia (Abdul Munir M., 1985: 34).
Sedangkan
Ali Mahfuzh dalam bukunya “Hidayat al-Mursyidin”, memberikan defenisi dakwah
sebagai berikut:
“Mendorong
(memotivasi) umat manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta
memerintah mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan mungkar agar
mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat” (Ali Mahfudz, 1975: 7).
Dari beberapa
defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, pertama dakwah merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja, sehingga diperlukan
organisasi, manajemen, sistem, metode dan media yang tepat. Kedua, usaha
yang diselenggarakan itu berupa ajakan kepada manusia untuk beriman dan
mematuhi ketentuan-ketentuan Allah, amar ma’ruf dalam arti perbaikan dan
pembangunan masyarakat, dan nahi munkar.Ketiga, proses usaha yang
diselenggarakan tersebut berdasarkan suatu tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah.Sedangkan surat kabar adalah salah
satu bentuk jurnalistik. Djafar H. Assegaf (1983) mengatakan jurnalistik
merupakan kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai
(massa), melalui saluran media, baik media cetak maupun media elektronik
(Sutirman Eka Ardhana, 1995: 16).
Sehubungan
dengan itu Bahri Gazali mengatakan bahwa surat kabar adalah salah satu media
komunikasi masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembacanya
(Bahri Gazali, 1997: 42) Oleh karena itu surat kabar lebih menekankan
nada informatif, namun terdapat juga nada persuasif.
Media pers
seperti surat kabar, majalah tidak hanya sarat dengan informasi-informasi
berwujud berita, tetapi juga diwarnai dengan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang
bersifat ganda, memberi infomasi sekaligus menghibur (Sutirman Eka Ardhana,
1995: 34). Dengan demikian pers memiliki empat fungsi utama yaitu sebagai
pemberi informasi, pemberi hiburan, melakukan kontrol sosial dan mendidik
masyarakat secara luas (Sutirman Eka Ardhana, 1995: 4).
Perlu pula
diketahui bahwa fungsi menghibur bagi pers, bukan dalam arti menyajikan
tulisan-tulisan atau informasi-informasi mengenai jenis-jenis hiburan yang
disenangi oleh masyarakat.Akan tetapi menghibur dalam arti menarik pembaca
dengan menyuguhkan hal-hal yang ringan diantara sekian banyak informasi yang
berat dan serius. Sutirman EkaArdhana, 1995: 35).
Dengan
demikian tampak bahwa ada kesamaan antara fungsi dakwah dan fungsi pers (surat
kabar). Dalam hal ini Hasanuddin mengatakan bahwa persamaan antara dakwah dan
publisisti yaitu sama-sama menyampaikan isi pernyataan, sasarannya sama-sama
yaitu manusia, sama-sama bertujuan agar manusia lain jadi sependapat, selangkah
dan serasi dengan orang yang menyampaikan isi pernyataan (Sutirman Eka Ardhana,
1995: 45).
Dengan
demikian, kelihatan bahwa antara dakwah dan media yang disebut surat kabar atau
Koran mempunyai hubungan yang erat, terutama dakwah masa kini yaitu surat kabar
sebagai alat penyampaian dakwah kepada khalayak.
3.
Berdakwah Melalui Media Surat Kabar
Berdakwah
melalui surat kabar atau koran mempunyai cara dan karakteristik tersendiri,
berbeda dengan berdakwah pada media lainnya. Surat kabar adalah salah satu
komunikasi masyarakat pembaca yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pembacanya. Surat kabar atau koran lebih menekankan nada informatif namun
terdapat nada persuasif (Bahri Gazali, 1997: 43).Berdakwah melalui Koran dapat
dilakukan dalam bentuk tulisan maupun gambar-gambar yang mendiskripsikan suatu
ajaran dan aplikasinya bagi kehidupan umat manusia.
Dakwah
melalui Koran lebih tepat dan cepat tersebar ke seluruh masyarakat, di samping
itu masyarakat mudah memahaminya, sebab koran merupakan media yang telah mampu
menjangkau keberadaan masyarakat. Perlu diketahui pula bahwa isi koran cukup
merakyat. (Bahri Gazali, 1997: 43).
Berangkat
dari gambaran surat kabar tersebut dan kemungkinan berdakwah melalui koran maka
perlu ditata teknik yang tepat dan peningkatan isi/materi dakwah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang berarti bahwa berdakwah melalui tulisan di koran
membutuhkan tulisan yang selektif dan terarah untuk masyarakat luas. Oleh
karena itu menulis pesan-pesan dakwah di koran perlu memperhatikan
karakteristik media massa.
Asep Saiful Muhtadi dalam bukunya Jurnalistik
Pendekatan Teori dan Praktek mengemukakan karakteristik media massa sebagai
berikut, pertama, komunikasi massa berlangsung satu arah. Kedua,
komunikasinya bersifat melembaga.Ketiga, pesan-pesan yang disampaikan
bersifat umum.Keempat, pesan-pesan yang disampaikan lewat media
digunakan secara serempak.Kelima, komunikasinya bersifat heterogen (Asep
Saiful, 1999: 73). Dalam hubungan ini, Denis Mc Quail, mengemukakan bahwa surat
kabar tidak lahir dari satu sumber dan memiliki ciri-ciri khas dengan media
lain (Denis Mc Quail, 1999: 9). Dengan demikian berdakwah melalui surat kabar
harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi pada umumnya. Selama ini,
penulis berita selalu berpegang pada enam pedoman dalam menulis suatu berita
yaitu: apa yang terjadi, siapa yang terlibat di dalamnya, mengapa kejadian atau
peristiwa itu terjadi, dimana terjadinya, kapan peristiwa itu terjadi, dan
bagaimana kejadiannya(Sutirman Eka Ardhana, 1995: 44). Khusus untuk tujuan
komunikasi massa seperti dakwah bagi masyarakat luas maka produk jurnalistik
dapat disampaikan melalui media cetak (Kustadi Suhandang, 2007:163).
Oleh
karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah koran maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu tulisan bernuansa dakwah itu akan dikonsumsikan
kepada media apa, apakah media pers khusus Islam atau pers umum. Menulis dakwah
untuk media pers khusus Islam memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda
dengan menulis di media pers umum. Media khusus Islam pembacanya sudah jelas
sedang media pers umum pembacanya heterogen berasal dari beragam latar belakang
kepercayaan.Karena itu bahasa dakwah melalui jurnalistik harus memiliki sifat
singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik.Sedang bahasa agama
adalah bahasa yang mengedepankan kemurnian, kebenaran, kebersihan, jauh dari
kata-kata kotor, kasar, tidak simpatik dan menyingkirkan kata-kata yang bernada
hasutan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat: 11-12, Q.S.
Lukman: 18-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar