Selasa, 24 Oktober 2017

KHADIJAH DAN PERJUANGAN DAKWAH NABI MUHAMMAD. SAW


Salah seorang saudagar terkaya di Mekkah adalah seorang Waniita-ia bernama Khadijah putri Khuwaylid, dari suku Asad. Ia sepupu waraqah, penganut kristen, dan saudara perempuannya, Qutaylah seperti mereka juga,, Khadijah adalah sepupu jauh dari anak-anak Hasyim. Dia telah dua kali menikah. Sejak kematian suami keduannya di mengangkat orang untuk mendagangkan hartanya. Dikala itu Muhammad sudah dikenal di penjuru Mekkah sebagai Al-Amin, orang yang dapat terpercaya dan dapat diandalkan, jujur. Kabar ini berasal dari laporan orang-orang yang telah beberapa kali mempercayakan barang dagangan mereka kepada Muhammad.

Ketertarikan Khadijah Pada Muhammad
Khadijah juga telah mendengar kebaikan Muhammad dari keluarganya, pada suatu hari Khadijah meminta Muhammad membawakan barang dagangannya ke Suriah. Bayarannya dua kali lebih besar dari bayaran tertinggi yang pernah diberikan kepada orang Quraisy. Dan Muhammad menerima tawarannya dan khadijah menawari seorang budak bernama Maysarah untuk berangkat bersama Muhammad membawa barang dagangannya.
Sepulangnya dari perjalanan dari Suriah membawa barang dagangan Khadijah, Muhammad menuju Mekkah, mereka langsung menuju rumah khadijah dengan barang-barang yang mereka beli dipasar Suriah seharga dengan barang-barang yang mereka jual. Khadijah mendengar Muhammad, ketika ia menceritakan perjalanan dan transaksi yang dilakukannya. Ternyata, transaksi itu sangat menguntungkan, karena Muhammad dapat menjual aset-asetnya hampir dua kali lipat dari harga yang dibayarkan.

Khadijah Menikah dengan Muhammad
Melihat kebaikan, kejujuran dan ketampanan Muhammad Khadijad berkonsultasi dengan temannya, Nufasyah, dan Nufasyah sendiri menawarkan diri mendekati Muhammad, dan jika perlu mengatur pernikahan mereka berdua. Pada saat yang sama, Nufasyah datang kepada Muhammad dan menanyakan mengapa ia belum menikah. “Aku tidak memiliki apa-apa untuk berumah tangga,” jawabnya. “Jika ada seorang wanita cantik, kaya dan terhormat, dan berlimpah harta, apakah kau bersedia kata Nufasyah?. “Siapakah dia?” “Khadijah.” “bagaimana aku dapat menikahinya?” “Serahkan itu padaku!” Baiklah dari pihakku bersedia kata Muhammad. Nufasyah kembali kepada Khadijah dan menyampaikan berita tersebut. Mereka pun sepakat masing-masing berbicara kepada pamannya. Kahadijah berbicara pada pamannya, ‘Amr, Putra Asad dan pada kesempatan tersebut dari pihak Muhammad Hamzah lah yang diutus Bani hasyim untuk mewakili. Hamzah membawa keponakannya Muhammad kepada ‘Amr dan melamar Khadijah. Kesepakatan dicapai di antara mereka bahwa Muhammad harus memberinya mahar dua puluh ekor unta betina.

Bersama Muhammad, Khadijah melahirkan enam anak: dua putra dan empat putri. Putri sulungnya diberi nama Qasim, namun anak itu meninggal sebelum berusia dua tahun. Berikutnya putri yang dinamai Zaynab; lalu disusul dengan tiga putri lainnya: Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah; dan yang terakhir, seorang putra lagi yang juga tidak berusia panjang.

Wahyu Pertama Turun, Muhammad mengabarkan pada Khadijah
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena Dia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu). (Al-Alaq 1-5)
Setelah wahyu pertama turun pada Muhammad melalui Jibril, Muhammad langsung menuruni gua hira dengan penuh ketakutan dan kecemasan, sesampainya dirumah. Ia berkata pada Khadijah “selimut aku! Selimuti aku! Serunya kepada Khadijah, khadijah cepat-cepat membawakan selimut dan menyelimutinya.

Ketika rasa takutnya telah reda, Muhammad menceritakan kepada istrinya Khadijah, setelah mendengarkan hal-hal yang menenangkan beliau, Khadijah pergi menceritakan hal tersebut kepada sepupunya, Waraqah yang kina telah sepuh dan buta “Quddus! Quddus” Kata Waraqah. Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangi Muhammad adalah Namus yang (terbesar), yang dulu juga mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah nabi bagi kaummnya. Yakinkanlah dia!” kata Waraqah, Khadijah lalu pulang ke rumah dan segera menyampaikan apa yang dikatakan Waraqah itu kepada sang Nabi.
Awal Masa Jihad di Jalan Allah

Penegasan dari Khadijah dan Waraqah disusul oleh penegasan dari langit dalam bentuk wahyu yang kedua. Khadijah meyakini seruan suaminya dan menganut agarna yang dibawanya sebelum diumumkan kepada rnasyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya berjihad di jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan agama Allah.
Beberapa waktu kemudian Jibril kembali mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. untuk membawa wahyu kedua dari Allah:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleb (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatstir:1-7)

Ayat di atas merupakan perintah bagi Rasulullah untuk mulai berdakwah kepada kalangan kerabat dekat dan ahlul bait beliau. Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan beriman pada risalah Rasulullah Muhammad dan menyatakan kesediaannya menjadi pembela setia Nabi. Kemudian menyusul Sahabat-sahabat Nabi lainnya.

Meninggalnya Sang Isti tercinta Khadijah
Dalam dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi maka pertama yang mendorong Nabi untuk terus melakukan serua tersebut adalah Khadijah, Khadijah adalah termasuk orang –orang pertama yang memeluk Islam selain Abu Bakar dan Al. Tak heran bila semua harta dan kekuatannya diberikan untuk memperjuangkan misi Risalah yang di bawa nabi. Perjuangan Nabi pun di mekkah hingga mencapai Pemboikatan ekonomi oleh orang-orang Quraisy, tahun tersebut adalah tahun terberat bagi Nabi.
Pada tahun 619 Masehi, tidak lama setelah pencabuta pemboikotan oleh kaum Quraisy, Khadijah sang istri tercinta yang tak kan ada lagi mampu wanita sehebat, secantik dan setangguh Khadijah yang membantu perjuangan Risalah Nabi yang menyampaikan wahyu Allah, bahkan istri nabi Aisyah sangat cemburu oleh Khadijah meski Aisyah adalah istri nabi selanutnya, karena ia adalah Wanita yang akan menemani Rasulullah di Jannah Nya Firdaus. Kini Khadijah meninggal dunia nabi sangat bersedih karena kepergian istri tercintanya. Khadijah bukanlah semata-mata istrinya, melainkan sahabat terdekatnya, penasihat dan ibu seluruh keluarga. Lalu Jibril datang mengabarkan pada Muhammad Bahwa, “Allah telah menyiapkan tempat tinggal baginya di surga bagi Istri Nabi tercinta Khadijah.”