WELCOME GUYS..! THANKS FOR YOU VISITED MY BLOG,! GET INFORMATION ABOUT THE WORLD OF ISLAMIC REQUIRED AND USEFUL ARTICLE YOUR CREATE.
Minggu, 05 Juli 2015
Selasa, 30 Juni 2015
Rabu, 24 Juni 2015
Do'a dan Shalawat Dibulan Ramadhan
Berdoa diBulan Ramadhan
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي
وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya :
Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku
adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(QS. Al-Baqarah : 186)
Peletakan
ayat ini Kalau ditilik dari asbabun nuzul adalah berkenaan dengan datangnya
seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat,
sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus
menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini. (Diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lain).
Menurut
riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: “Janganlah
kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT berfirman:
60. dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
[1326] akan
masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".
[1326] Yang
dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.
lalu
Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan
mendengar doa kita atau bagaimana?” Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini
(Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir yang bersumber dari Ali.)
Menurut
Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran,
Allah
menjawab langsung tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung
berfirman bahwa Dia akan mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat ini juga
terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa.
Pertama, doa
tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi janganlah kita
berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau pohon. Dan kalaupun berdoa
akan lebih baik apabila doa tersebut diucapkan secara langsung kepada-Nya
dengan nada yang lembut.
Syarat kedua
dalam berdoa adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Sedang
syarat ketiga adalah kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.
Walaupun
ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi penempatan ayat ini menunjukkan
pentingnya kita berdoa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits nabi
SAW:
لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ
مُسْتَجَابَةٌ
Artinya :
“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.”
“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.”
(Diriwayatkan
oleh Imam Abu Dawud). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:
ثَلاَثَةٌ لاَتُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ:
اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ
Artinya :
“Ada tiga
orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang
berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka diangkat oleh
Allah di bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit
dan Allah berfirman, ‘Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah
suatu waktu’” (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).
Berdo’a ketika berbuka ; do’a orang yang berbuka puasa itu tidak tertolak sehingga Rasulullah. Saw
menceritakan Firman Allah azza wa jalla: “setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali
lipat hingga 700 kali, kecuali puasa itu bagiku maka akulah yang membalasnya”.
وَعَنْ
أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
(اَلدُّعَاءُ بَيْنَ
اَلْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ لَا يُرَدُّ )
أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ
وَغَيْرُهُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَغَيْرُهُ
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Doa antara adzan dan qomat tidak
akan ditolak." Riwayat Nasa'i dan selainnya. Hadits shahih menurut Ibnu
Hibban dan lain-lain.
وَلَهُ مِنْ
حَدِيثِ أَنَسٍ بِلَفْظِ
( اَلدُّعَاءُ مُخُّ اَلْعِبَادَةِ )
Menurut riwayatnya dalam hadits marfu' dari Anas: Doa
adalah inti ibadah."
SHALAWAT.
وَعَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
( إِنَّ أَوْلَى اَلنَّاسِ بِي يَوْمَ
اَلْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً )
أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ
Dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada
hari kiamat ialah orang yang paling banyak membaca sholawat kepadaku."
Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
Demikianlah,
urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal itu meningkatkan
kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah kita berdoa dalam bulan
Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima doa kita.
Kamis, 18 Juni 2015
PUASA RAMADHAN YANG SEMPURNA
PUASA RAMADHAN YANG SEMPURNA
Saudaraku kaum muslimin, agar sempurna puasamu, sesuai dengan tujuannya, ikutilah langkah-langkah berikut ini :
1. Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa; Rasulullah r bersabda:
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." HR.'Al-Bukhari dan Muslim).
"Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang." (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya).
Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
2. Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah r bersabda:
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur ." (HR. Al-Bukhari, I\luslim dan At-Tirmidzi).
3. Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan ibadah dalam keadaan suci.
4. Manfaatkan
bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah diturunkan di
dalamnya, yakni membaca Al-Qur'anul Karim. Sesungguhnya Jibril u
pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui Nabi shallallahu
'alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur'an baginya. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Abbas t). Dan pada diri Rasulullah r ada teladan yang baik bagi kita.
5. Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolok-olok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah r bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).
6. Hendaknya
puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat marah dan
emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa engkau sedang puasa.
Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak emosional. Dan
jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat, jangan Anda
hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah dengan cara
yang lebih baik. Nabi r bersabda:
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kamu beupuasa, hendaknya ia tidak bevkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku sedang puasa’." (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan).
Ucapan
itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang
mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan
penghinaan dan caci-maki.
7. Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah I, takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agama-Nya.
8. Hasil yang balk itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah I berfirman : "Agar kamu bertaqwa." (Al-Baqarah: 183)
9. Jagalah
dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal bagimu.
Hal itu agar tujuanpuasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari keinginan.
Jabir bin Abdillah t berkata:
"Jika
kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu dan
lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti tetangga, dan
hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu berpuasa jangan
pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari kamu berpuasa."
10. Hendaknya
makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang haram pada
selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih utama. Dan tidak
ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi kamu berbuka dengan
yang haram.
11. Perbanyaklah
bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih balk dan
lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada selain
bulan Ramadhan. Rasulullah r adalah orang yang paling dermawan, dan beliau r lebih dermawan ketika bulan Ramadhan.
12. Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo'a :"Ya
Allah, karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah
terimalah daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui " (44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan Ramadhan, 1390 H, hlm. 38-40).
Tujuan Puasa
Tujuan
ibadah puasa adalah untuk menahan nafsu dari berbagai syahwat, sehingga
ia siap mencari sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya; menerima
sesuatu yang menyucikannya, yang di dalamnya terdapat kehidupannya yang
abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar dan dahaga serta
mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang menderita kelaparan di
antara orang-orang miskin; menyempitkan jalan setan pada diri hamba
dengan menyempitkan jalan aliran makanan dan minuman; puasa adalah untuk
Tuhan semesta alam, tidak seperti amalan-amalan yang lain, ia berarti
meninggalkan segala yang dicintai karena kecintaannya kepada Allah I;
ia merupakan rahasia antara hamba dengan Tuhannya, sebab para hamba
mungkin bisa diketahui bahwa ia meninggalkan hai-hal yang membatalkan
puasa secara nyata, tetapi keberadaan dia meninggalkan hal-hal tersebut
karena Sembahannya, maka tak seorangpun manusiayang mengetahuinya, dan
itulah hakikat puasa.
Bolehkah Berpuasa tapi Meninggalakan Sholat
Bolehkah Berpuasa tapi Meninggalakan Sholat
KLIK Aja Disini Guys..!!
Barangsiapa
berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan rukun
terpenting dari rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama sekali
tidak bermanfaat baginya, selama ia meninggalkan shalat. Sebab shalat
adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang yang
meninggalkan shalat hukumnya adalah kafir. Orang kafir tidak diterima
amalnya. Rasulullah r bersabda:
"Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir." (HR. Ahmad dan Para penulis kitab Sunan dari hadits Buraidah t) At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih, Al-Hakim dan Adz-Dzahabi menshahihkannya.
Jabir t meriwayatkan, Rasulullah r bersabda:
“(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Tentang keputusan-Nya terhadap orang-orang kafir, Allah I berfirman:
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqaan: 23).
Maksudnya, berbagai amal kebajikan yang mereka lakukan dengan tidak karena Allah I, niscaya Kami hapus pahalanya, bahkan Kami menjadikannya sebagai debu yang beterbangan.
Demikian pula halnya dengan meninggalkan shalat berjamaah atau mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan tersebut merupakan maksiat dan dikenai ancaman yang keras. Allah I berfirman:
Demikian pula halnya dengan meninggalkan shalat berjamaah atau mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan tersebut merupakan maksiat dan dikenai ancaman yang keras. Allah I berfirman:
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya." (Al-Maa'un: 4-5).
Maksudnya, mereka lalai dari shalat sehingga waktunya berlalu. Kalau Nabi r
tidak mengizinkan shalat di rumah kepada orang buta yang tidak
mendapatkan orang yang menuntunnya ke masjid, bagaimana pula halnya
dengan orang yang pandangannya tajam dan sehat yang tidak memiliki
udzur?
Berpuasa
tetapi dengan meninggalkan shalat atau tidak berjamaah merupakan
pertanda yang jelas bahwa ia tidak berpuasa karena mentaati perintah
Tuhannya.Jika tidak demikian, kenapa ia meninggalkan kewajiban yang
utama (shalat)? Padahal kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian utuh yang tidak terpisah-pisah, bagian yang satu menguatkan bagian yang lain.
Catatan Penting:
1. Setiap
muslim wajib berpuasa karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak
karena riya' (agar dilihat orang), sum'ah (agar didengar orang),
ikut-ikutan orang, toleransi kepada keluarga atau masyarakat tempat ia
tinggal. Jadi, yang memotivasi dan mendorongnya berpuasa hendaklah
karena imannya bahwa Allah I mewajibkan puasa tersebut atasnya, serta karena mengharapkan pahala di sisi Allah I dengan puasanya.
Demikian
pula halnya dengan Qiyam Ramadhan (shaiat malam/tarawih), ia wajib
menjalankannya karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak karena
sebab lain. Karena itu Nabi r bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan barangsiapa melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq 'Alaih).
2. Secara tidak sengaja, kadang-kadang orang yang berpuasa terluka, mimisan (keluar darah dari hidung), muntah, kemasukan air atau bersin di luar kehendaknya. Hal-hal tersebut tidak membatalkan puasa. Tetapi orang yang sengaja muntah maka puasanya batal, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa
muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha' atasnya, (tetapi)
barangsiapa sengaja muntah maka ia wajib mengqadha' puasanya." (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa'i) (Al Arna'uth dalam Jaami'ul Ushuul, 6/29 berkata : "Hadits ini shahih").
3. Orang
yang berpuasa boleh meniatkan puasanya dalam keadaan junub (hadats
besar), kemudian mandi setelah terbitnya fajar. Demikian pula halnya
dengan wanita haid, atau nifas, bila sudi sebelum fajar maka ia wajib
berpuasa. Dan tidak mengapa ia mengakhirkan mandi hingga setelah terbit
fajar, tetapi ia tidak boleh mengakhirkan mandinya hingga terbit
matahari. Sebab ia wajib mandi dan shalat Shubuh sebelum terbitnya
matahari, karena waktu Shubuh berakhir dengan terbitnya matahari.
Demikian
pula halnya dengan orang junub, ia tidak boleh mengakhirkan mandi
hingga terbitnya matahari. Ia wajib mandi dan shalat Shubuh sebelum
terbit matahari. Bagi laki-laki wajib segera mandi, sehingga ia bisa
mendapatkan shalat jamaah.
4. Di
antara hal-hal yang tidak membatalkan puasa adalah: pemeriksaan darah,
(Misalnya dengan mengeluarkan sample (contoh) darah dari salah satu
anggota tubuh) suntik yang tidak dimaksudkan untuk memasukkan makanan. Tetapi jika memungkinkan- melakukan hal-hal tersebut pada malam hari adalah lebih baik dan selamat, sebab Rasulullah r bersabda:
"Tinggalkan apa yang membuatmu ragu, kerjakan apa yang tidak membuatmu ragu." (HR. An-Nasa'i dan At-Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan shahih)
Dan beliau juga bersabda :
"Barangsiapa menjaga (dirinya) dari berbagai syubhat maka sungguh dia telah berusaha menyucikan agama dan kehormatannya." (Muttafaq 'Alaih)
Adapun suntikan untuk memasukkan zat makanan maka tidak boleh dilakukan, sebab hal itu termasuk kategori makan dan minum. (Lihat kitab Risaalatush Shiyaam, oleh Syaikh Abdul Azis bin Baz, hlm. 21-22)
5. Orang yang puasa boleh bersiwak pada pagi atau sore hari. Perbuatan itu sunnah, sebagaimana halnya bagi mereka yang tidak dalam keadaaan puasa.
10 Hari Terakhir Ramadhan
10 Hari Terakhir Ramadhan
Bulan Ramadhan merupakan momentum
peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi
orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Sebagian ulama kita membagi bulan ini
dengan tiga fase: fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase
rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya
sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh
sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat,
pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul mukminin, Aisyah ra.,
menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari
terakhir Ramadhan: “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan,
mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya.”
Apa rahasia perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak ada dua sebab utama:
Sebab pertama, karena sepuluh terkahir
ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu
tergantung pada penutupannnya atau akhirnya. Rasulullah saw. berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah, jadikan sebaik-baik umurku
adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku adalah
pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana
saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang penting adalah hendaknya
setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya dengan kebaikan.
Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan sebagian
kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir Ramadhan merupakan
pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri
Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk
meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan
ini.
Sebab kedua, karena dalam sepuluh hari
terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar
bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan, sesuai dengan
firman Allah swt.
إنا أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt. juga berfirman:
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان
“Bulan Ramadhan,adalah bulan diturunkan
di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan
dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang batil-.”
Dalam hadits disebutkan: “Telah datang
kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada lailatul qadar,
malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan darinya maka
ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak diharamkan
kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan hadits sahih menunjukkan
bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di
sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan.
Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“التمسوها في العشر الأواخر من رمضان”.
“Carilah lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan berikutnya, apakah lailatul
qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di bilangan ganjilnya saja?
Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada di sepuluh hari
terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar ada di
bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil.”
Oleh karena itu, kita rebut lailatul
qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di bilangan ganjilnya atau
di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau ijma’ tentang
kapan turunya lailatul qadar.
Di kalangan umat muslim masyhur bahwa
lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan, sebagaimana pendapat
Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu anhum. Akan tetapi
sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.
Sehingga imam Ibnu Hajar dalam kitab
“Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat berbeda tentang
kapan lailatul qadar.”
Ada yang berpendapat ia turun di malam
dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua puluh tiga, dua puluh
lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada yang berpendapat
lailatul qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain lailatul
qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk lebih hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari akhir Ramadhan.
Apa yang disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah qiyamullail, sebelumnya
didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’. Qira’atul qur’an, dzikir
kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan takbir, istighfar,
do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang
lainnya.
Lebih khusus memperbanyak do’a yang ma’tsur:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
قَالَتْ : قُلْت : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ عَلِمْت أَيُّ
لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ : قُولِي :
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah,
bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa pendapatmu jika
aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku
kerjakan? Nabi bersabda: “Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun
tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau
mencintai orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya.” (Ahmad dan
diakui keshahihannnya juga oleh Al-Albani)
Patut kita renungkan, wahai saudaraku
muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan, walaakin kuunuu
Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi jadilah hamba
Tuhan.” Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di bulan
Ramadhan dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan
itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami katakan kepadanya: “Barangsiapa
menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun barangsiapa yang
menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah mati.”
Allah cinta agar manusia ta’at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang bermaksiat di sepanjang waktu.
Dan karena kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk mengarungi sebelas bulan selainnya.
Semoga Allah swt. menerima amal kebaikan kita. Amin
تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال.
Fadhilah Ramadhan Artikel Ceramah
Fadhilah Ramadhan
Pada ceramah hari ke-2 ini akan diangkat tema,
fadilah Ramadhan. Penciftaan dan pemilikan terhadap apa-apa yang dikehendaki
oleh Allah SWT (Qs. al-Qashash 28:68) diyakini mengandung hikmah dan keutamaan
tersendiri. Misalnya, Allah memilih mekkah untuk tempat bangunan Kabbah, sedang
kabbah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin. Demikian pula halnya bulan
ramadhan dipilih oleh Allah SWT sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan
keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain, beribadah dan beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa dari Allah SWT.
Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain, beribadah dan beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa dari Allah SWT.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal kebaikan dalam bulan ramadhan antara lain:
Bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan al-Qur’an. Penuturan Al-Qur’an bahwa keberadaanya untuk menjadi petunjuk, pembeda antara yang hak dan yang bathil. Qs. al-Baqarah 2:185 Yang Artinya:
Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.
Dan Pemberi peringatan
kepada seluruh alam. Qs. Al-Furqan 25:1, Yang artinya:
Maha suci
Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Oleh karena itu, malam permulaan turun Al-Qur’an disebut malam
kemuliaan, malam yang lebih baik dari 1000 malam, di indonesia dikenal dengan
“lailatul Qad”. Qs. al_Qadr 97:1-5, Yang artinya:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar
Bulan yang dipilih untuk saat terjadinya perang Badar al-Qubra
sebagai perang yang pertama sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW menjadi Rasul
yang terakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Dengan peristiwa itu nampaklah
ketinggian kalimat tauhid dan awal keruntuhan kekuasaan Musyirikin dan mulainya
nyata sinar Risalah Islam. Qs Ali-Imran 3:155, Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang
yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu [244], hanya saja
mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah
mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af
kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dan Qs. Al-Anfal
8:41, Yang artinya:
Ketahuilah,
sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada
apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan ,
yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bulan yang dipilih untuk kaum muslimin menunaikan ibadah shiyam
(puasa) dengan tujuan memperoleh derajat taqwa. Qs. al-Baqarah 2:197, Yang
artinya:
(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik
dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu
kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal.
Pada sisi lain, Allah SWT berfirman didalam Qs. Al-Nahl
16:128, Yang Artinya:
Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Bulan yang telah dipilih bagi kaum muslimin untuk lebih mengintensifkan
aktifitas-aktifitas ibadah dan amal saleh lainnya.
Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:
Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:
·
Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi SAW bersabda,
yang artinya: “Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan
tertutup pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai syaitan”.
·
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari
Ibnu abbas, bahwa: “Adalah rasulullah SAW lebih pemurah kepada semua orang,
lebih-lebih jika bulan Ramadhan, dimana ia selalu dihubungi oleh Jibril dan
hampir setiap malam Jibril datang untuk tadarrus Al-Qur’an. Dan rasulullah SAW
jika bertemu dengan Jibril, maka ia lebih pemurah lagi melebihi dari angin yang
berhembus”.
·
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari
Aisyah bahwa: “ bahwasanya rasulullah SAW beri’tikaf disepuluh yang terakhir
bulan Ramadhan sampai diwafatkan oleh Allah SWT”.
·
Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah SAW, berkata: “Semua amal anak adam berlipat ganda
(pahalanya), setiap kebaikan 10 x lipat hingga 700 x lipat. Firman Allah
kecuali puasa, maka hanya aku sendiri yang membalasanya karena ia meninggalkan
syahwat dan minum-minumannya semata-mata untuk-Ku”.
Jamah Tarwih yang berbahagia …
Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun ‘azhom) ini, selayaknya menjadi saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam, terhadap berbagai aktifitas yang telah kita lakukan.
Ramadhan adalah bulan untuk saling tolong-menolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah.
Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun ‘azhom) ini, selayaknya menjadi saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam, terhadap berbagai aktifitas yang telah kita lakukan.
Ramadhan adalah bulan untuk saling tolong-menolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah.
Bulan ramadhan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al-shabri). Dalam
berpuasa di bulan ramadhan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan
penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang diperbolehkan.
Jamaah Tarwih yang dirahmati oleh Allah SWT …
Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Bahwa Bulan Ramadhan telah dipilih oleh Allah
untuk saat turun permulaan Al-Qur’an, terjadi perang badar al-Kubra dan untuk
menunaikan ubadah shiyam;
2.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang diharapkan kaum
muslimin lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya, sperti
shalat lail, tadarrus Al-Qur’an, berinfaq, beri’tikaf dan amal kebaikan lainnya
sebab beramal ibadah di dalamnya, dilipat-gandakan pahalanya;
3.
Ibadah shiyam yang dilaksanakan karena iman dan
mengharapkan pahala, maka pahalanya akan diserahkan langsung oleh Allah SWT
kepada yang bersangkutan.[ps]
Read more: http://www.pustakasekolah.com/fadilah-ramadhan-ceramah-ramadhan-hari-ke-2.html#ixzz35OOt7t5m
Langganan:
Postingan (Atom)